Breaking News
Loading...
Cerita Sex, Bokep, Dewasa Cerita Sex, Bokep, Dewasa Cerita Sex, Bokep, Dewasa

Recent Post

Thursday, August 18, 2016
SEORANG GIGOLO YANG MELAYANI TIGA TANTE GIRANG DALAM SEMALAM

SEORANG GIGOLO YANG MELAYANI TIGA TANTE GIRANG DALAM SEMALAM

CeritaDewasa - Namaku Dedi, umur 24 tahun. Aku seorang gigolo di kota Bandung. Aku akan menceritakan pengalamanku melayani sekaligus 4 pelangganku dalam semalam. Aku menggeluti profesi ini sudah 4 tahun, dan sejak itu aku mempunyai pelanggan tetap namanya Tante Mira (bukan nama asli), dia seorang janda tidak mempunyai anak, tinggal di Bandung, orangnya cantik, putih, payudaranya besar walaupun sudah kendor sedikit, dia keturunan tionghoa.


Dia seorang yang kaya, memiliki beberapa perusahaan di Bandung dan Jakarta, dan memmiliki saham di sebuah hotel berbintang di Bandung. Sabtu pukul 7 pagi, HP-ku berbunyi dan terdengar suara seorang wanita, dan kulihat ternyata nomor HP Tante Mira.

“Hallo Sayang.. lagi ngapain nich.. udah bangun?” katanya.
“Oh Tante.. ada apa nich, tumben nelpon pagi-pagi?” kataku.
“Kamu nanti sore ada acara nggak?” katanya.

“Nggak ada Tante.. emang mo ke mana Tante?” tanyaku.
“Nggak, nanti sore anter Tante ke puncak yach sama relasi Tante, bisa khan?” katanya.
“Bisa tante.. aku siap kok?” jawabku.
“Oke deh Say.. nanti sore Tante jemput kamu di tempatmu”, katanya.
“Oke.. Tante”, balasku, dengan itu juga pembicaraan di HP terputus dan aku pun beranjak ke kamar mandi untuk mandi.

Sore jam 5, aku sudah siap-siap dan berpakaian rapi karena Tante Mira akan membawa teman relasinya. Selang beberapa menit sebuah mobil mercy new eye warnah hitam berkaca gelap berhenti di depan rumahku. Ternyata itu mobil Tante Mira, langsung aku keluar menghampiri mobil itu sesudah aku mengunci seluruh pintu rumah dan jendela.

Aku yang seorang gigolo pun langsung masuk ke dalam mobil itu duduk di jok belakang, setelah masuk mobil pun bergerak maju menuju tujuan. Di dalam mobil, aku diperkenalkan kepada dua cewek relasinya oleh tante, gila mereka cantik-cantik walaupun umur mereka sudah 40 tahun, namanya Tante Lisa umurnya 41 tahun kulitnya putih, payudaranya besar,

Dia merupakan istri seorang pengusaha kaya di Jakarta dan Tante Meri 39 tahun, payudaranya juga besar, kulitnya putih, juga seorang istri pengusaha di Jakarta. Mereka adalah relasi bisnis Tante Mira dari Jakarta yang sedang melakukan bisnis di Bandung, dan diajak oleh Tante Mira refreshing ke villanya di kawasan Puncak. Keduanya keturunan Tionghoa.

Di dalam mobil, kami pun terlibat obralan ngalor-ngidul, dan mereka diberitahu bahwa aku ini seorang gigolo langganannya dan mereka juga mengatakan ingin mencoba kehebatanku. Selang beberapa menit obrolan pun berhenti, dan kulihat Tante Lisa yang duduk di sebelahku, di sofa belakang, tangannya mulai nakal meraba-raba paha dan selangkanganku.

Aku mengerti maksudnya, kugeser dudukku dan berdekatan dengan Tante Lisa, lalu tangan Tante Lisa, meremas batang kemaluanku dari balik celana. Dengan inisatifku sendiri, aku membuka reitsleting celana panjangku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri dan besar itu.

Tante Lisa kaget dan matanya melotot ketika melihat batang kemaluanku besar dan sudah membengkak itu. Tante Lisa langsung bicara kepadaku, “Wow.. Ded, kontol kamu gede amat, punya suamiku aja kalah besar sama punya kamu..” katanya.

“Masa sich Tante”, kataku sambil tanganku meremas-remas payudaranya dari luar bajunya.
“Iya.. boleh minta nggak, Tante pengen ngerasain kontol kamu ini sambil kontolku dikocok-kocok dan diremas-remas, lalu dibelai mesra?” katanya.

“Boleh aja.. kapan pun Tante mau, pasti Dedi kasih”, kataku yang langsung disambut Tante Lisa dengan membungkukkan badannya lalu batang kemaluanku dijilat-jilat dan dimasukkan ke dalam mulutnya, dengan rakusnya batang kemaluanku masuk semua ke dalam mulutnya sambil disedot-sedot dan dikocok-kocok.

Tante Meri yang duduk di jok depan sesekali menelan air liurnya dan tertawa kecil melihat batang kemaluanku yang sedang asyik dinikmati oleh Tante Lisa. Tanganku mulai membuka beberapa kancing baju Tante Lisa dan mengeluarkan kedua payudaranya yang besar itu dari balik BH-nya. lalu kuremas-remas.

“Tante.. susu tante besar sekali.. boleh Dedi minta?” tanyaku.

Tante Lisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tanganku mulai meremas-remas payudaranya. Tangan kiriku mulai turun ke bawah selangkangannya, dan aku mengelus-ngelus paha yang putih mulus itu lalu naik ke atas selangkangannya, dari balik CD-nya jariku masuk ke dalam liang kewanitaannya. Saat jariku masuk, mata Tante Lisa merem melek dan medesah kenikmatan, “Akhh.. akhh.. akhh.. terus sayang..”

Beberapa jam kemudian, aku sudah tidak tahan mau keluar.

“Tante.. Dedi mau keluar nich..” kataku.
“Keluarain di mulut Tante aja”, katanya.

Selang beberapa menit, “Croot.. croot.. crott..” air maniku keluar, muncrat di dalam mulut Tante Lisa, lalu Tante Lisa menyapu bersih seluruh air maniku. Kemudian aku pun merobah posisi. Kini aku yang membungkukkan badanku, dan mulai menyingkap rok dan melepaskan CD warna hitam yang dipakainya.

Setelah CD-nya terlepas, aku mulai mencium dan menjilat liang kewanitaannya yang sudah basah itu. Aku masih terus memainkan liang kewanitaannya sambil tanganku dimasukkan ke liang senggamanya dan tangan kiriku meremas-remas payudara yang kiri dan kanan.

Sepuluh menit kemudian, aku merubah posisi. Kini Tante Lisa kupangku dan kuarahkan batang kemaluanku masuk ke dalam liang senggamanya, “Bless.. belss.” batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaannya, dan Tante Lisa menggelinjang kenikmatan, ku naik-turunkan pinggul Tante Lisa, dan batang kemaluanku keluar masuk dengan leluasa di liang kewanitaannya.

Satu jam kemudian, kami berdua sudah tidak kuat menahan orgasme, kemudian kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaannya, lalu kusuruh Tante Lisa untuk mengocok dan melumat batang kemaluanku dan akhirnya, “Croot.. crott.. croott..” air maniku muncrat di dalam mulut Tante Lisa. Seketika itu juga kami berdua terkulai lemas. Kemudian aku pun tertidur di dalam mobil.

sesampainya di villa Tante Mira sekitar jam 8 malam. Lalu mobil masuk ke dalam pekarangan villa. Kami berempat keluar dari mobil. Tante Mira memanggil penjaga villa, lalu menyuruhnya untuk pulang dan disuruhnya besok sore kembali lagi.

kami berempat pun masuk ke dalam villa, karena lelah dalam perjalanan aku langsung menuju kamar tidur yang biasa kutempati saat aku diajak ke villa Tante Mira. Begitu aku masuk ke dalam kamar dan hendak tidur-tiduran, aku terkejut ketika ke 3 tante itu masuk ke dalam kamarku dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelain benang pun yang menempel di tubuhnya.

Kemudian mereka naik ke atas tempat tidurku dan mendorongku untuk tiduran, lalu mereka berhasil melucuti pakaianku hingga bugil. Batang kemaluanku diserang oleh Tante Meri dan Tante Mira, sedangkan Tante Lisa kusuruh dia mengangkang di atas wajahku, lalu mulai menjilati dan menciumi liang kewanitaan Tante Lisa.

Dengan ganasnya mereka berdua secara bergantian menjilati, menyedot dan mengocok batang kemaluanku, hingga aku kewalahan dan merasakan nikmat yang luar biasa. Kemudian kulihat Tante Meri sedang mengatur posisi mengangkang di selangkanganku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya,

“Bless.. bleess..” batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Meri, lalu Tante Meri menaik turunkan pinggulnya dan aku merasakan liang kewanitaan yang hangat dan sudah basah itu. Aku terus menjilat-jilat dan sesekali memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa, sedangakan Tante Mira meremas-remas payudara Tante Meri.

Beberapa jam kemudian, Tante Meri sudah orgasme dan Tante Meri terkulai lemas dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sebelahku sambil mencium pipiku. Kini giliran Tante Mira yang naik di selangkanganku dan mulai memasukan batang kemaluanku yang masih tegak berdiri ke liang senggamanya, “Bleess.. bleess..” batang kemaluanku pun masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Mira. Sama seperti Tante Meri, pinggul Tante Mira dinaik-turunkan dan diputar-putar.

Setengah jam kemudian, Tante Mira sudah mencapai puncak orgasme juga dan dia terkulai lemas juga, langsung kucabut batang kemaluanku dari liang kewanitaan Tante Mira, lalu kusuruh Tante Lisa untuk berdiri sebentar, dan aku mengajaknya untuk duduk di atas meja rias yang ada di kamar itu, lalu kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan kuarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya, “Bless..bleess..” batang kemaluanku masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Lisa.

Kukocok-kocok maju mundur batang kemaluanku di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, dan terdengar desahan hebat, “Akhh.. akhh.. akhh.. terus sayang.. enak..” Aku terus mengocok senjataku, selang beberapa menit aku mengubah posisi, kusuruh dia membungkuk dengan gaya doggy style lalu kumasukan batang kemaluanku dari arah belakang.

“Akhh.. akhh..” terdengar lagi desahan Tante Lisa. Aku tidak peduli dengan desahan-desahannya, aku terus mengocok-ngocok batang kemaluanku di liang kewanitaannya sambil tanganku meremas-remas kedua buah dada yang besar putih yang bergoyang-goyang menggantung itu.

Aku merasakan liang kewanitaan Tante Lisa basah dan ternyata Tante Lisa sudah keluar. Aku merubah posisi, kini Tante Lisa kusuruh tiduran di lantai, di atas karpet dan kubuka lebar-lebar pahanya dan kuangkat kedua kakinya lalu kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya,

“Bless.. bless.. bless..” batang kemaluanku masuk dan mulai bekerja kembali mengocok-ngocok di dalam liang kewanitaannya. Selang beberapa menit, aku sudah tidak tahan lagi, lalu kutanya ke Tante Lisa, “Tante, aku mau keluar nich.. di dalam apa di luar?” tanyaku.

“Di dalam aja Sayang..” pintanya.

Kemudian, “Crott.. croott.. croott..” air maniku muncrat di dalam liang kewanitaan Tante Lisa, kemudian aku jatuh terkulai lemas menindih tubuh Tante Lisa sedangkan kejantananku masih manancap dengan perkasanya di dalam liang kewanitaannya.

Kami berempat pun tidur di kamarku, keesokan harinya kami berempat melakukan hal yang sama di depan TV dekat perapian, di kamar mandi, maupun di dapur. Begitulah kehidupanku menjadi seorang gigolo.
Sunday, August 14, 2016
Petualangan Seks ku Dengan Wanita Gemuk Teman Kantorku

Petualangan Seks ku Dengan Wanita Gemuk Teman Kantorku

CeritaDewasa - Aku mengangkat kisah ini dari kejadian sesungguhnya yang kualami, sengaja kuceritakan dari pengalaman yang sekiranya pembaca kurang menarik karena kebanyakan cerita yang kubaca menggambarkan seorang wanita cantik dan seksi. Tidak demikian hal-nya dengan yang kualami bersama Syahrini, wanita sebayaku berumur 34tahun. Syahrini berperawakan diluar kewajaran, wanita gemuk dan bertubuh besar, wajahnya biasa saja.


Kalaupun mau disebutkan kelebihan dari fisik Syahrini adalah kulitnya yang putih dan mulus. Dengan ukuran tubuh 165cm dengan berat 75kg tentu pembaca bisa membayangkan seberapa besar bentuk tubuhnya, bandingkan dengan tubuhku yang berukuran 171cm dengan berat 67kg.

Sebagai lelaki normal, apalagi selama ini telah matang berpetualang sex dengan wanita-wanita dari segala usia yang berhasil tidur denganku tanpa memberikan imbalan uang sedikit-pun, tentu saja sosok Syahrini tidak masuk dalam hitunganku.

Namun ceritanya menjadi lain manakala saat pertama kali aku dekat dengan Syahrini gara-gara bertabrakan saat terburu-buru memasuki pintu lift gedung di tempat aku bekerja. Bisa pembaca bayangkan, dengan berlari kecil mengejar pintu lift yang terbuka, aku langsung saja menyeruduk masuk tanpa kuketahui ruang lift sudah penuh sesak.

Penuh sesak? Sebenarnya tidak juga, tetapi karena ada Syahrini, tampak ruang lift menjadi sesak, dan saat itu pulalah aku tanpa sengaja bertabrakan dengan Syahrini, wanita yang bekerja satu lantai denganku tetapi berbeda perusahaan.

Tentu saja aku mengenalnya sudah lama, tetapi belum pernah saling berbicara karena memang aku tidak tertarik untuk mengajak berbicara. “Ups…sorry” itulah kata pertama-ku kepadanya. “It’s OK, gak masalah” timpalnya dengan muka menunduk.

Aku jadi teringat cerita teman sekantor bahwa di kantor sebelah ada cewek gendut namanya Syahrini yang pendiam dan pemalu. Sepintas cerita itu benar, tetapi beberapa saat setelah pintu lift tertutup dan merangkak naik, “Wah…bajunya agak basah mas, terkena tetesan hujan ya? Emang gak bawa paying?” meluncur kata- kata Syahrini seolah sudah mengenal-ku sejak lama.

“Eh…iya, abis turun dari bus langsung berlari karena ujan deres banget sih” gelagapan aku menimpali pertanyaannya. Syahrini ternyata ramah juga dan tidak seperti yang kutahu dari cerita teman- teman. “Biasanya jam segini sudah di kantor, tumben kita ketemu di lift?” Syahrini masih meneruskan pertanyaannya.

“Bangun kesiangan, karena nonton siaran langsung bola di TV”, aku sudah mulai bisa mengatasi keadaan dan perlahan tiba-tiba menjadi enak ngobrol dengan Syahrini. Teng….bunyi lonceng lift menandakan lantai yang kutuju telah sampai. Bruakkkk….untuk kedua kalinya kami bertabrakan, karena kami keluar secara bersamaan.

Tetap saja masih belum kusadari bahwa Syahrini adalah cewek yang bertubuh gemuk. “Hmmm….gitu ya gak mau ngalah ama wanita…lady first dong…apalagi ukuran- ku kan untuk dua orang” omel Syahrini dengan nada tersenyum dan bercanda “Iya deh sorry, kirain cukup buat aku tadi…hehehehe” obrolan semakin mencair.

Sejak kejadian tabrakan di lift, Syahrini yang semula tidak kuperhatikan, sekarang menjadi salah satu wanita teman ngobrolku di saat istirahat kantor. Maklumlah, di kantorku sendiri juga tidak banyak wanita, jadi kehadiran Syahrini cukup memberikan suasana segar saat mengisi istirahat.

Hingga suatu saat Syahrini menawariku dua buah tiket konser, “Rangga, aku punya tiga tiket konser nih, rencananya yang dua buah untuk teman-ku yang sudah pesan, mendadak mereka membatalkan nonton karena harus keluar kota, sayangkan kalau gak kepakai. Nih yang dua buah buat kamu aja, terserah kamu ajak siapa, tapi kalau bisa kita berangkatnya bareng” tawaran Syahrini disela-sela istirahat kantor.

“Wow, serius nih, tapi siapa lagi yang satu ya? Boleh kan buat istriku” jawab-ku “Loh terserah aja” jawan Syahrini Tetapi ternyata istriku menolak karena kebetulan sudah telanjur janji untuk acara kangen-kangen-an dengan teman-teman satu sekolahnya dulu.

Dihari yang ditentukan untuk nonton konser, kami janjian di sebuah mall di tengah kota, berhubung aku tidak punya kendaraan, maka Syahrini bersedia berangkat sama-sama dengan mobilnya yang memang kutahu sejak lama bahwa selama ini dia ke kantor juga mengendarai mobil pribadi.

Konser musik rock di ancol ini memaksaku untuk larut ikut berjingkrak- jingkrak. Tidak kusangka Syahrini cukup pede untuk ikutan jingkrak-jingkrak. Dan tentu saja keakraban kami semakin lengket dan tanpa rasa malu-malu sesekali kami berangkulan sambil goyang bersama.

Konser selesai jam 11 malam, dalam keadaan lelah aku gantian nyetir kendaraan Syahrini yang sejuk ber-AC. Entah siapa yang memulai, kami saling berangkulan dan Syahrini merapat ke pundak-ku yang sedang konsentrasi mengendarai mobilnya.

Sepanjang perjalanan dengan kecapatan yang sedang, kami saling bercerita pribadi masing-masing dan tanpa ada rasa malu Syahrini bercerita bahwa dia belum punya pacar karena terlalu malu dan gak pede dengan keadaan dirinya.

Entah dapat ide darimana tiba-tiba aku bertanya “Rin, selama ini kalau kamu lagi kesepian dan tiba-tiba horny gimana tuh?” “Ya self service lah” timpal Syahrini, “Masturbasi?” komentarku, “Iya….abis gimana lagi? Gak ada yang bantuin sih… hahahahaha” seloroh Syahrini tanpa rasa malu.

“Wah….tau gitu aku bantuin mau gak?” aku juga tiba-tiba menawarkan diri “Eit…mulai nakal ya….emang berani? Gimana caranya?” sahut Syahrini penuh penasaran “Sepanjang kamu gak keberatan, kenapa aku tolak?” tantang-ku. Tiba-tiba ruang mobil yang ber-AC serasa hangat menggairahkan. Kami tahu, masing-masing dalam kelelahan menahan desahan nafas, sementara dada-ku berdetak tak karuan.

“Rangga….apa kamu gak keberatan memberikan kehangatan?” ajak Syahrini “Nngg…..” darahku serasa mendidih dan nafasku memburu. Jujur saja aku belum punya pengalaman bercinta dengan wanita gemuk, tetapi kini disebelahku duduk seorang wanita gemuk yang menawarkan diri untuk diberi kehangatan.

Darah laki-laki-ku terpacu, dan tawaran-nya segera ku- iyakan. Maka Syahrini menawarkan untuk meluncur ke rumah pribadinya yang memang kosong dan hanya ditempati dirinya di kawasan Jakarta Selatan.

“Bener nih kamu mau dengan wanita gemuk seperti aku?” “Loh kan makin asyik karena makin hangat seperti selimut” candaku menahan nafsu. Tanpa menunggu lama, setibanya kami di garasi rumahnya, aku bergegas digiring ke kamar-nya. Rupanya Syahrini juga sudah menahan gairah yang terpendam. Diakuinya ini akan jadi pengalaman pertama kali.

Pertama kali? Ya ini akan jadi pengalaman pertama kalinya, karena selama ini Syahrini mengaku yakin sudah tidak perawan lagi tetapi bukan oleh lelaki tetapi oleh kebiasaannya bermasturbasi. Maklumlah, Syahrini sangat tidak pede didekati cowok.

“Rangga, selama ini aku hanya tahu lewat nonton BF, please kamu jangan malu, lakukan seperti yang biasa kamu lakukan atau lakukan seperti yang biasa aku tonton di BF ya…” desah nafas Syahrini semakin memburu.

Dalam hati, ini juga pengalaman pertama aku bercinta dengan wanita gemuk, yang jujur saja sebenarnya tidak menarik dari bentuk tubuhnya. Tetapi tawaran ini tidak bisa kutolak, disamping penasaran juga gairah yang tiba-tiba muncul. Aku ingin memberikan kesan yang mendalam kepada Syahrini.

Maka secara perlahan kudekatkan wajahku ke wajahnya, dan desahan nafasnya terasa di bibir-ku. Setenang mungkin, kurapatkan tubuh-ku ke dadanya yang empuk dan kenyal. Dan terasa olehku meski masih dibungkus be-ha, tetapi ada yang mengeras di permukaan payudaranya yang berukuran luar biasa.

Bibirnya kurapatkan dan kulumat perlahan tetapi kuat…aagghh, kudengar desah nafasnya yang memburu. Kini bibirnya sudah basah oleh permainan bibir-ku. Dan lidahnya menari-nari di mulutku. Kusambut juluran lidahnya dengan permainan lidahku yang tak kalah lincahnya.

Perlahan tangan-ku meraih kancing baju Syahrini, satu persatu kulepaskan dan sengaja kusisakan satu kancing terakhir bagian bawah. Syahrini tersentak kaget, tetapi gairahnya menuntun rasa keingintahuan yang lebih dalam.

Secara insting Syahrini melonggarkan lengannya agar terlepas dari lengan baju dan dengan kancing tersisa satu buah, baju tersebut terlepas dari bahunya tapi masih menyangkut di pinggulnya. Kini dihadapan-ku berdiri wanita gemuk yang menggairahkan dengan belahan dada yang rapat dan payudara yang super montok.

Baru kusadari bahwa meski wanita gemuk, Syahrini ternyata seksi juga, karena tidak terlihat tumpukan lemak di sekitar perutnya. Dibungkus kulit yang putih dan mulus….perlahan kuraba dan kuusap, tanganku menjalar disekitar perutnya dan perlahan naik mendekati dada. Terasa olehku degup jantungnya yang berdetak kencang tak karuan.

Sementara lidahku masih bermain dengan lidahnya yang tak kalah hebat dalam memperebutkan sensasi di mulut kami masing-masing. “Rangga…oouugghh….this is great. I want it so bad…” Syahrini mendesah tak karuan.

Tanganku berhenti menjalar dadanya, kini kedua tanganku menjulur kebelakang mencari kaitan tali be-ha yang membuat payudaranya masih terbungkus padat. Tidak sulit untuk menemukannya dan melepaskan kaitannya, dan sesaat kemudian pemadangan didepanku semakin menggairahkan.

Wanita gemuk ini, ternyata memiliki payudara yang padat dan kencang. Putingnya masih berwarna merah merekah besar, dan payudaranya bulat padat kenyal memenuhi dadanya. Payudaranya tidak lembek dan tidak bergelantung dibanding kebanyakan wanita yang pernah bercinta denganku.

Dalam sekejap telapak tanganku meraih gumpalan padat itu, dan….”Wow….akh” Syahrini menjerit tertahan, perasaan eksotis yang belum terbayangkan selama ini. Diam sejenak, kami menghentikan kuluman dibibir.

Dan mataku tertuju ke payudara Syahrini, sementara telapak tanganku tak cukup untuk menggenggam seluruh permukaan payudara Syahrini yang sintal. Moment ini tak disia-siakan oleh Syahrini, kepalanya mendangak dan mulutnya terbuka sesaat dan sekejap kemudian mulutnya mengatup rapat sambil menggigit bibir.

Badannya melengkung kebelakang dan membuat payudaranya semakin menyembul dalam genggaman- ku. Syahrini berteriak histeris “Ranggaaa… sshh please….tease me more and more” Dalam keadaan badan melengkung kebelakang, membuat gerakan kepala-ku semakin leluasa. Dan segera kutelungkupkan kepalaku terbenam di antara belahan dadanya yang merangsang.

Jenggot di dagu-ku yang baru bermunculan after shave beberapa hari yang lalu rupanya menggelitik bagian bawah payudaranya. Hal ini membuat guncangan di perutnya menahan geli sekaligus erangan yang luar biasa. Kepala-ku terus turun kebawah dan sesekali lidahku menjilati permukaan perutnya.

Hingga kepalaku berhenti di bawah pusarnya, perlahan dengan gigi- gigi-ku, kulepaskan kaitan kancing baju terakhir yang masih tersisa. Kini baju yang menempel di tubuh Syahrini telah terlepas. Bagaikan selimut yang hangat, aku mulai menikmati permainan ini.

Kutelusuri seluruh permukaan tubuhnya dengan jilatan dan kecupan. Syahrini menggelinjang semakin tak karuan. Gairah yang tertahan selama ini menyebabkan Syahrini bergerak liar dan tak kuasa berlama-lama berdiri, dia merebahkan diri ke kasur yang berukuran king size. Sesaat Syahrini berbaring, aku melepaskan kancing-kancing kemejaku.

Di tempat tidur telah berbaring wanita gemuk yang seksi dengan kulit putih mulus dan polos tanpa sehelai benang- pun. Sementara aku berdiri dengan bertelanjang dada. Mata Syahrini tak berkedip memandang dada-ku dan sekali lagi kulihat bibirnya merapat dan giginya menggigit bibir bawahnya menahan desahan nafsu.

Seolah memberi isyarat bahwa ia-pun ingin menelusuri tubuhku yang telanjang. Dalam keadaan berbaring, kutindih Syahrini dengan posisi pasrah. Kukulum payudaranya dan kumainkan lidahku di ujung-ujung putingnya yang mengeras dan makin memerah.

Dadanya terasa hangat di tubuhku. Degup jantungnya memburu. Permainan kami semakin tak berirama, gerak tubuh kami semakin liar. Kami berguling dan saling menindih, seolah berebut posisi untuk dapat mereguk kenikmatan satu sama lain. Saling memagut, bercumbu, bermain lidah.

Sesekali kembali lidahku menelusuri seluruh permukaan payudaranya yang mengundang untuk dijamah. Tidak banyak kata terucap keluar dari mulut kami, hanya desahan nafas yang memburu, rintihan kenikmatan dan teriakan histeris ketagihan.

“Oohh Rangga, aku ingin merasakan penismu…please perlihatkan Rangga….” pinta Syahrini disela-sela bibir kami berpagutan. Tak perlu kujawab dengan kata-kata, tetapi segera kupelorotkan celana-ku, dan kini Syahrini untuk pertama kalinya bisa melihat real penis yang telah berdiri tegak membesar dihadapannya. Sengaja makin kudekatkan penis-ku ke wajahnya.

“Oohh…yeessss…Rangga, penismu sepertinya nikmat banget kalau masuk ke vaginaku….udah basah nih…buka dong” iba Syahrini seperti ingin segera memulai permainan berikutnya. Tetapi, sebelum permintaannya terkabul, segera aku berbalik badan dan berusaha melepas celananya termasuk cd-nya. Sengaja kuatur posisi saling berlawanan,

dan kini dapat kulihat jelas Syahrini sangat merawat vaginanya. Rambutnya hitam tetapi tidak lebat dan seolah tersisir rapi melingkupi bibir vaginanya yang memerah. Bau harum khas cairan vagina tercium keluar bibir vagina Syahrini…..menetes kebagian bawah vaginanya.

Syahrini segera paham posisi yang kutawarkan, dan tanpa menunda waktu, dibukanya mulutnya dan memegang penisku perlahan untuk disodorkan masuk ke mulutnya. Tak berapa lama… hanya ada perasaan mendesir menjalar disekitar penisku, basah dan hangat penuh terasa oleh kuluman Syahrini.

Masih kubiarkan Syahrini memainkan penisku di mulutnya, rupanya penisku belum ia masukkan semuanya….atau… memang tidak cukup masuk semua kedalam mulutnya. Entahlan, yang jelas jilatan dan kuluman Syahrini di penis-ku terasa hangat dan mengejang. Harum khas cairan vagina Syahrini makin tercium, rupanya Syahrini sudah terangsang hebat.

Sesekali pinggulnya dinaikkan hingga vaginanya menyentuh dagu-ku. Kugoda vaginanya dengan sesekali kujulurkan lidahku menyentuh bibir vaginanya. Saat bersentuhan itu kutahu tubuh Syahrini bergetar dan sekejap menghentikan kulumannya. Rupanya Syahrini sudah tak kuasa menahan untuk menikmati kulumanku di vaginanya.

Kutelusuri seluruh bibir luar vagina Syahrini dengan lidahku, dalam keadaan basah, makin kubenamkan lidahku mengulum vaginaku. Semakin dalam semakin masuk ke dinding vagina dalam, Syahrini semakin bergerak beringas. Kini desah nafas berubah menjadi raungan penuh permintaan. Kujilati sambil sesekali kukecup vaginanya.

Terus kujalar lidahku di vaginanya. Basah liurku bercampur dengan basah cairan vaginanya, semakin licin kurasakan dinding vagina Syahrini, dan raungan tadi tak henti-hentinya meronta. Kini Syahrini makin berani, penisku terasa penuh dimulutnya, dan suaranya tertahan di rongga karena tertutup oleh penisku, sementara jilatan- ku tak berhenti menelusuri vaginanya.

Tak berapa lama kemudian kurasakan tubuh Syahrini bergetar hebat, suaranya melengking tertahan, payudaranya terasa di perutku mengeras dan padat. Dalam keadaan bergetar tersebut, tiba-tiba Syahrini menghentikan seluruh aktivitasnya, tangannya meramas kuat pantatku.

Dan dalam keadaan diam sesaat, tubuh Syahrini melengkung ke-atas, tak peduli aku masih menindih tubuhnya. Ditahannya posisi vagina-nya agar tetap terbenam dimuka-ku. Sesaat kemudian tubuh yang bergetar tersebut tiba-tiba melemah lunglai disertai teriakan melengking hingga suara Syahrini hilang disertai melepas tangan yang tadi meremas pantatku.

“Rangga…..aku orgasme rangga… oouugghhh..sshh” Permainan oral sex kami rupanya telah membuat Syahrini orgasme, sementara penis-ku yang masih tegang sejenak hanya dibelai-belai sambil menghela nafas kelelahan. Dinginnya ruang AC kamar Syahrini tak menghalangi peluh keringat Syahrini menetes dan membasahi sprei kasur Syahrini yang berawarna hijau susu.

“Rangga, penismu belum masuk aja aku udah orgasme…gimana kalau nanti kamu masukin ya?…ffiiuuhhh memang lebih nikmat dibanding masturbasi ya?” seloroh Syahrini dengan nafas tersengal.
Friday, August 12, 2016
Kembali Bertemu Dengan Tante Yang Kurindukan Selama 7 Tahun

Kembali Bertemu Dengan Tante Yang Kurindukan Selama 7 Tahun

CeritaDewasa - Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya. Aku masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu terdapat kolam ikan Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan Mujair.


Sementara ikan Geramah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yus (nama samaran) memang seorang arsitek kondang dan kenamaan.

Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir tujuh tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD.

Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kudengar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana pedesaannya ini.

Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak aku mencari-cari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak kuncinya. Tanganku segera meraba-raba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat. Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam.

Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya remang-remang ruangan samping yang ada. Sepi. Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga.

Aku dalam hati terus-menerus mengagumi figur Tante. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum.

Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyala terang. Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati.

Aku hanya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yus ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini. Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku.

Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan sehat.

Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tumbuh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air.

Ya aku hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante yang bisa hangat dan dingin itu. Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari belakangku, “Andrew..? Kaukah itu..?”

Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus yang agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas. Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal.

Aku yakin, Tante tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samar-samar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang merah muda.

“Ngg.., selamat malam Tante Yus.. maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail.., sekali lagi, saya minta maaf Tante. Saya sangat merindukan Tante..!” ucapku sambil kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.

“Ouh Andrew.. ouh..!” bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku erat-erat sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.

Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.

“Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini melebihi kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..!” imbuhnya sambil memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.

Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante..
“Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante..”

“Tentu saja, kumaafkan..” sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap memandangiku, “Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?”

“Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah..”
“Bayarannya..?” tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante yang merah.

Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untuk memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.

“Aku.. ngg..”
“Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm.. ouh Andrew.. hmm..!” sahut Tante Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.

Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku.

Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku.

Kini dengan liar Tante Yus menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahnya yang cantik jelita.

“Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh.. hmm..!” seru bergairah Tante Yus sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.

Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.

Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diam-diam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 17 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 5 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

Tante Yus terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya Tante Yus kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan wajahnya.

Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, aku menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk. Air matanya malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.

Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benar-benar telah membasahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedua tangan Tante Yus kini mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.

“Croot.. cret.. croot.. creet..!” menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.

Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku keluar semua dan ditelan habis oleh Tante Yus.

“Ouhh.. ouh.. auh Tante.. ouh..!” gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante.
“Hmm.. Andrew.. ouh, banyak sekali air maninya. Hmm.., lezaat sekali. Lezat. Ouh.. hmm..!” bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisa-sisa air maninya.

Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocok-ngocok dan menjilatinya.
“Ayo, Andrew.. kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..!” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yus mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagiang liang vaginanya yang dalam.

Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yus yang menggairahkan ini. Tante Yus hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya.

Kulirik tadi, Tante Yus terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menerik-narik daging kelentitnya.

“Ouh Andrew.. lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..!” pintanya mengerang-erang deras.

Selang sepuluh menit kemudian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya. Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total.

Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Yus secara bergantian, kiri kanan. Aku kini tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bergegas, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

“Ooouhkk.. yeaah.. ayoo.. ayoo.. genjot Andrew..!” teriak Tante Yus saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar mulut vaginanya.

Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante. Wanita itu hanya berpegangan pada kedua tanganku yang sambil meremas-remas kedua buah dadanya.

“Blesep.. sleep.. blesep..!” suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut.
Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, “Creet.. croot.. creet..!”
“Ouuhhkk.. aoouhkk.. aahhk..,” seru Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
“Tante.. ouhh..!” gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh bagian tubuhku.

Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagiana Tante, kami jatuh tertidur. Tante Yus berada di atasku.

Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benar-benar mampu tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas, yang jelas saat kubangun udara dingin segera menyergapku. Sial. Aku sadar, ini di desa dekat Merapi, tentu saja dingin. Tidak berapa lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali.

Jam enam pagi..! Dengan agak malas aku beranjak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan kosong. Dimana dia..? Aku terus mencoba ingin tahu. Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah mendekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yus.

Andrew sayang, Tante kudu buru-buru ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pameran di sana. Tolong jaga rumah dan Vivi. Ttd, Yustina.
Copyright © 2013 CERITA TANTE SANGE All Right Reserved